- Back to Home »
- Aplikasi Thyristor dan SCR
Posted by : sigit xp
Jumat, 18 April 2014
Silicon
Controlled Rectifier (SCR) merupakan alat semikonduktor empat lapis
(PNPN) yang menggunakan tiga kaki yaitu anoda (anode), katoda (cathode),
dan gerbang (gate) – dalam operasinya. SCR adalah salah satu thyristor yang
paling sering digunakan dan dapat melakukan penyaklaran untuk arus yang besar.
Gambar 1 Bentuk fisik SCR
SCR dapat
dikategorikan menurut jumlah arus yang dapat beroperasi, yaitu SCR arus rendah
dan SCR arus tinggi. SCR arus rendah dapat bekerja dengan arus anoda kurang
dari 1 A sedangkan SCR arus tinggi dapat menangani arus beban sampai ribuan
ampere.
Gambar 2 Konstruksi dan simbol SCR
Simbol skematis
untuk SCR mirip dengan simbol penyearah dioda dan diperlihatkan pada Gambar 2.
Pada kenyataannya, SCR mirip dengan dioda karena SCR menghantarkan hanya pada
satu arah. SCR harus diberi bias maju dari anoda ke katoda untuk konduksi arus.
Tidak seperti pada dioda, ujung gerbang yang digunakan berfungsi untuk
menghidupkan alat.
Operasi
SCR
Operasi SCR sama dengan operasi dioda standar kecuali bahwa SCR memerlukan tegangan positif pada gerbang untuk menghidupkan saklar. Gerbang SCR dihubungkan dengan basis transistor internal, dan untuk itu diperlukan setidaknya 0,7 V untuk memicu SCR. Tegangan ini disebut sebagai tegangan pemicu gerbang (gate trigger voltage). Biasanya pabrik pembuat SCR memberikan data arus masukan minimum yang dibutuhkan untuk menghidupkan SCR. Lembar data menyebutkan arus ini sebagai arus pemicu gerbang (gate trigger current). Sebagai contoh lembar data 2N4441 memberikan tegangan dan arus pemicu :
VGT = 0,75 V
IGT = 10 mA
Hal ini berarti sumber yang menggerakkan gerbang 2N4441 harus mencatu 10 mA pada tegangan 0,75 V untuk mengunci SCR.
Operasi SCR sama dengan operasi dioda standar kecuali bahwa SCR memerlukan tegangan positif pada gerbang untuk menghidupkan saklar. Gerbang SCR dihubungkan dengan basis transistor internal, dan untuk itu diperlukan setidaknya 0,7 V untuk memicu SCR. Tegangan ini disebut sebagai tegangan pemicu gerbang (gate trigger voltage). Biasanya pabrik pembuat SCR memberikan data arus masukan minimum yang dibutuhkan untuk menghidupkan SCR. Lembar data menyebutkan arus ini sebagai arus pemicu gerbang (gate trigger current). Sebagai contoh lembar data 2N4441 memberikan tegangan dan arus pemicu :
VGT = 0,75 V
IGT = 10 mA
Hal ini berarti sumber yang menggerakkan gerbang 2N4441 harus mencatu 10 mA pada tegangan 0,75 V untuk mengunci SCR.
Aplikasi Pada SCR:
Scr Sebagai Saklar Pengaman Elektronik
SCR
sebagai saklar dapat dipergunakan sebagai proteksi arus yang mengalir ke beban
baik berupa lampu maupun motor listrik. Pengaturan ini dapat dilakukan dengan
memanfaatkan rangkaian umpan balik (feed back) yang menghubungkan keluaran SCR
ke gate SCR. Beban maksimum yang dapat ditanggung SCR tergantung pada
karakteristik dari SCR tersebut serta penyulutan yang dilakukan pada gate SCR.
Umpan
balik tersebut tidak dapat langsung dihubungkan dengan gate SCR karena tegangan
keluaran yang dihasilkan keluaran SCR terlampau besar untuk menyulut gate SCR,
sehingga perlu tambahan rangkaian agar SCR tidak rusak. Gambar rangkaian di bawah
ini merupakan pemakaian atau penggunaan komponen SCR sebagai proteksi khususnya
proteksi terhadap arus lebih.
Gambar Rangkaian SCR
Sebagai Saklar Pengaman Elektronik
Sumber
tegangan pada rangkaian terebut di atas langsung berasal dari jala-jala PLN 220
Volt, yang langsung disambung seri dengan beban lampu dan SCR. Selanjutnya
untuk rangkaian pengendali diperlukan penyearah tegangan sistem jembatan (bridge
diode) yaitu D1
- D4. Rangkaian pengendali SCR terdiri dari dua buah transistor
yaitu Q1 dan Q2. Apabila beban yang ditanggung SCR
terlampau besar, rangkaian pengendali bekerja dan SCR berada pada kondisi “OFF”.
Besar arus maksimum yang dapat ditanggung SCR dapat ubah-ubah dengan mengatur
potensiometer atau tahanan variabel (VR).
Rangkaian Untuk Mengetahui Kebocoran Gas
Rangkaian untuk Mengetahui Kebocoran Gas
ini dapat mendeteksi atau mengetahui adanya kebocoran gas. Dalam rangkaian ini
tahanan dari Sensor akan berubah bila adanya kebocoran Gas yang mencapai
maksimum.
Dengan adanya perubahan tahanan tersebut, maka tegangan akan berubah dan mengaktifkan Transistor, oleh Transistor tersebut tegangan akan diperkuat untuk mentriger SCR yang akan menggerakan relay.Relay dapat dihubungkan dengan beban berupa lampu atau alarm.
Dengan adanya perubahan tahanan tersebut, maka tegangan akan berubah dan mengaktifkan Transistor, oleh Transistor tersebut tegangan akan diperkuat untuk mentriger SCR yang akan menggerakan relay.Relay dapat dihubungkan dengan beban berupa lampu atau alarm.
Rangkaian-untuk-mengetahui-kebocoran-gas
Thyristor berasal dari bahasa Yunani
yang berarti ‘pintu’. Sifat dan cara kerja komponen ini memang mirip dengan
pintu yang dapat dibuka dan ditutup untuk melewatkan arus listrik. Thyristor
merupakan salah satu tipe devais semikonduktor daya yang paling penting dan
telah banyak digunakan secara ekstensif pada rangkaian daya . Thyristor
biasanya digunakan sebagai saklar/bistabil, beroperasi antara keadaan non
konduksi ke konduksi. Pada banyak aplikasi, thyristor dapat diasumsikan sebagai
saklar ideal akan tetapi dalam prakteknya thyristor memiliki batasan
karakteristik tertentu. Beberapa komponen yang termasuk thyristor antara lain
PUT (Programmable Uni-junction Transistor), UJT (Uni-Junction
Transistor ), GTO (Gate Turn Off Thyristor), SCR (Silicon
Controlled Rectifier), LASCR (Light Activated Silicon Controlled
Rectifier), RCT (Reverse Conduction Thyristor), SITH (Static
Induction Thyristor), MOS-Controlled Thyristor (MCT).
Struktur Thyristor
Ciri dari sebuah thyristor
adalah komponen yang terbuat dari bahan semiconductor silicon. Walaupun
bahannya sama, tetapi struktur P-N junction yang dimilikinya lebih kompleks
dibanding transistor bipolar atau MOS. Komponen thyristor lebih digunakan
sebagai saklar (switch) daripada sebagai penguat arus atau tegangan
seperti halnya transistor.
Aplikasi Pada Thyristor:
PWM
(pulse width modulation) banyak dipergunakan pada berbagai keperluan
sistem kendali khususnya pada penyulutan SCR/Thyristor. Hal ini mengingat
kualitas penyulutan yang dihasilkan jauh lebih baik dibandingkan dengan
penyulutan yang hanya mempergunakan komponen Resistor atau Capasitor. Prinsip
utama dari sebuah pengendali dengan PWM yaitu adanya gelombang pembawa (carrier)
serta gelombang referensi. Kedua gelombang tersebut dipadukan sedemikian
rupa sehingga hasil paduan tersebut menghasilkan satu gelombang yang dapat
dipergunakan untuk penyulutan SCR/Thyristor.
Gambar
Rangkaian Pengendali Putaran Motor DC dengan PWM
Unit
PWM pada Gambar rangkaian di atas memanfaatkan IC 555 yang biasanya
digunakan pada rangkaian pewaktu (timer) sebagai komponen aktif dan
beberapa komponen pasif lainnya. IC 555 sebagai PWM dapat menghasilkan
gelombang kotak (pulsa) yang lebar pulsanya dapat dikendalikan
Rangkaian pengaturan beban dengan
Thyristor setengah gelombang dihubungkan dengan sumber tegangan AC, sisi beban
mengandung resistif-induktif, misalnya beban motor DC. Terminal gate Thyristor
dihubungkan dengan modul trigger, untuk daya kecil hubungan modul trigger ke
gate Thyristor bisa langsung
Gambar Modul Trigger Thrysto
Analisa gelombang yang dihasilkan Thyristor hanya konduksi saat tegangan
positif saja, tegangan negatifnya diblok. Tetapi arus positif dan sebagian arus
negatif dilakukan oleh Thyristor.
Untuk daya yang lebih besar, gate dikopel dengan trafo pulsa. Trafo pulsa
gunanya sebagai isolasi rangkaian Thyristor dengan modul trigger gambar-10.34.
Potensiometer modul penyulut trigger untuk mengatur sudut penyalaan. Ada Diode
R1 yang diparalel dengan beban yang disebut sebagai free wheel Diode.
Pada beban resistif-induktif ditambahkan sebuah Diode R1 (free wheel Diode).
Saat Thyristor menuju OFF maka induktor akan membangkitkan tegangan induksi,
Diode freewheel akan mengalirkan tegangan induksi sehingga tidak merusak
Thyristor. Pada beban resisitip-induksip, sudut pengaturan sudut
Sumber
referensi :
thanks gan
BalasHapusoke min
BalasHapusalat pemotong simcard 3in1